Al- Qur’ an itu direnungkan. Kita istilahkan dengan tadabbur, dalam KBBI diucap dengan tadabur. Tadabbur ini berarti sebab dengan tadabbur, kita hendak dapat mengambil pelajaran- pelajaran berarti sampai Al- Qur’ an dapat diamalkan isinya. Ini keadaannya berbeda sekali bila kita cuma membaca Al- Qur’ an ataupun menghafalkannya, tanpa menguasai makna, menguasai tafsirannya, sampai tadabbur.
Berikut merupakan ayat- ayat yang mendesak kita buat tadabbur Al- Qur’ an.
Ayat awal:
أَفَلَايَتَدَبَّرُونَالْقُرْآنَۚوَلَوْكَانَمِنْعِنْدِغَيْرِاللَّهِلَوَجَدُوافِيهِاخْتِلَافًاكَثِيرًا
“ Hingga apakah mereka tidak mencermati Angkatan laut(AL) Quran? Jika rasanya Angkatan laut(AL) Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya.”( QS. An- Nisaa’: 82)
Ayat kedua: Tadabbur Quran
كِتَابٌأَنْزَلْنَاهُإِلَيْكَمُبَارَكٌلِيَدَّبَّرُواآيَاتِهِوَلِيَتَذَكَّرَأُولُوالْأَلْبَابِ
“ Ini merupakan suatu kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah biar mereka mencermati ayat- ayatnya serta biar menemukan pelajaran orang- orang yang memiliki fikiran.”( QS. Shad: 29)
Ayat ketiga:
أَفَلَايَتَدَبَّرُونَالْقُرْآنَأَمْعَلَىٰقُلُوبٍأَقْفَالُهَا
“ Hingga apakah mereka tidak mencermati Angkatan laut(AL) Quran ataukah hati mereka terkunci?”( QS. Muhammad: 24)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,“ Menguasai Al- Qur’ an serta merenungkannya hendak membuahkan iman. Ada pula bila Al- Qur’ an hanya semata- mata dibaca tanpa terdapat uraian serta perenungan( tadabbur), itu dapat pula dicoba oleh orang fajir( pakar maksiat) serta munafik, di samping dicoba oleh pelakon kebaikan serta orang beriman.”( Zaad Al- Ma’ angkatan darat(AD), 1: 327)
Gimana metode tadabbur?
Ibnul Qayyim rahimahullah melaporkan,“ Apabila engkau mau memetik khasiat dari Al- Qur’ an, hingga fokuskan hatimu dikala membaca serta mendengarkannya. Pasang baik- baik telingamu serta posisikanlah diri semacam posisi orang yang diajak bicara langsung oleh Dzat yang memfirmankannya. Al- Qur’ an ini kian sempurna pengaruhnya tergantung pada aspek pemberi pengaruh yang efisien, tempat yang kondusif, terpenuhinya ketentuan, terwujudnya pengaruh, serta ketiadaan aspek yang menghalanginya. Seluruh ini sudah tercantum dalam firman Allah,
إِنَّفِيذَٰلِكَلَذِكْرَىٰلِمَنْكَانَلَهُقَلْبٌأَوْأَلْقَىالسَّمْعَوَهُوَشَهِيدٌ
“ Sebetulnya pada yang demikian itu betul- betul ada peringatan untuk orang- orang yang memiliki hati ataupun yang memakai pendengarannya, lagi ia menyaksikannya.”( QS. Qaf: 37).
Dari dini surah Qaf sampai ayat ke- 37 ini namanya aspek pemberi pengaruh.
Firman- Nya: Untuk orang yang memiliki hati, berarti hati yang hidup. Ini representasi dari tempat yang hidup. Sebagaimana disebutkan pula dalam surah,
لِيُنْذِرَمَنْكَانَحَيًّاوَيَحِقَّالْقَوْلُعَلَىالْكَافِرِينَ
“ Biar ia( Muhammad) berikan peringatan kepada orang- orang yang hidup( hatinya) serta biar pastilah( ketetapan azab) terhadap orang- orang kafir.”( QS. Yasin: 70)
Firman- Nya“ ataupun yang memakai pendengarannya”, artinya memusatkan pendengarannya serta memasang indra dengarnya pada apa yang diucapkan padanya. Ini namanya ketentuan terwujudnya pengaruh.
Baca Juga : Perayaan Pernikahan Islami
Firman- Nya“ lagi ia menyaksikannya” artinya, hatinya melihat, muncul serta tidak ke mana- mana, dan mencermati kitab Allah. Orang yang hatinya melihat serta menguasai, hatinya tidak kurang ingat ataupun lalai. Ini menampilkan buat tadabbur Al- Qur’ an wajib melenyapkan aspek yang membatasi, ialah kelalaian serta tidak hadirnya hati dari apa yang diucapkan padanya, dari mencermati serta merenungkannya.
Apabila terdapat aspek pengaruh ialah Al- Qur’ an, tempat yang kondusif ialah hati yang hidup, ketentuan pula terpenuhi ialah mencermati dengan seksama, aspek penghalang tidak terdapat ialah kelalaian serta menguasai iktikad perkataan, serta berpaling pada suatu yang lain, tentu timbul pengaruh, ialah keahlian mengambil khasiat serta mengambil peringatan.” Amati Al- Fawaid karya Ibnul Qayyim, hlm. 5, 6, 156; dinukil dari Al- Khusyu’ fii Ash- Shalah, hlm. 225- 226.